Mungkin kau sedang berada di pelukan kekasihmu atau bahkan dalam hangatnya berbagi selimut dengan pasangan hidupmu. Kalian sedang bersantai sambil menikmati kopi hitam khas kesukaanmu, atau sedang menghabiskan sore hari memandangmatahari terbenam, ah romantisnya. Kemungkinan lainnya adalah kau masih single tak punya kekasih apalagi pasangan hidup. Sejenak, itu mungkin terlihat miris untuk usiamu yang tak lagi remaja. Tapi tenang saja, jangan kau khawatirkan hal itu. Selama kau terus berusaha, Tuhan tak pernah tinggal diam, yakin saja rencana Tuhan tidak pernah terlambat. Aku di sini hanya bisa menyebutmu dalam doa, berharap kau kelak bahagia dengan pilihan-pilihan hidupmu. Kesibukanmu membuatku hanya berasumsi. Ya, berasumsi terkadang membuat kekhawatiran yang berlebihan. Aku khawatir dengan mu, karena aku tidak bisa berbuat apa-apa di sini, karena itu tadi, kamu asyik dengan dunia kamu dan kesenangan kamu. Seandainya aku bisa mengalihkan konsentrasi mu, hanya sekedar untuk melihat bahwa ada aku disini, mungkin itu sedikit membantu. Aku tidak akan bertanya-tanya tentang banyak hal, aku hanya ingin tahu kabarmu langsung dari dirimu dalam beberapa kalimat. Itu saja. Tak perlu bertele-tele, apalagi berbasa-basi. Tapi percuma. Seandainya saja ada cara untuk aku bisa kembali merasakan apa yang dulu pernah kita rasakan aku bisa bebas melihatmu dan berbicara denganmu, bisa menghabiskan waktu ku dengan mu, tapi sekarang semuanya berubah, tidak ada lagi kamu yang dulu selalu ceria saat bersama ku, bahkan akhir-akhir ini aku seringkali berfikir kamu akan meninggalkan ku, aku tidak yakin bahwa aku siap untuk itu. Apa ini? Ini bukan sesuatu yang mereka sebut dengan rindu. untuk kebersamaan setiap hari, Aku tidak merindukanmu. Aku hanya ingin mengetahui apakah kamu masih memiliki perasaan kepadaku. Jika ini bentuk kepedulian, jelaslah sudah. Jangan kau bingung dengan rasa kepedulianku ini. Hal semacam ini terjadi begitu saja, karena ketika aku menulis ini, langit terlihat sangat gelap, tak ada bintang dan sayangnya lagi aku tidak melihat keberadaan bulan dari jendela kamarku. Aku sendirian dengan berbagai macam bayangan tentangmu melintas di pikiranku. Kau tahu, aku pernah pada satu titik dalam hidupku, aku memikirkanmu. Maksudku, benar-benar memikirkanmu dan bayangan bahwa kau tidak bahagia sangat menghantuiku. Seharusnya kau baik-baik saja, tapi siapa yang tahu? Aku tak pernah tahu dan kau tak pernah sekalipun dengan tiba-tiba menghubungiku dan menceritakan semuanya. Lantas, apa yang bisa kulakukan selain menyebut tentangmu pada Tuhan. Jika suatu hari nanti kau membaca surat ini, aku sudah jauh dan lama kau tinggalkan. Bahkan saat kau membaca surat ini, kau mungkin tak mengenal ku lagi. Siapa orang yang menulis surat ini, kenalkah aku? Mungkin itu hal yang terlintas di kepalamu. Aku tak perlu kau ingat, bagaimana rupaku, bagaimana caraku berbicara, bagaimana tawaku, dan sebagainya. Sungguh, bahkan jika kau sama sekali tidak tahu siapa yang menulis surat ini, percayalah aku pernah mengisi kehidupanmu dan menjadi bagian hidupmu. Tak perlu kau pusingkan siapa aku, sungguh, tak perlu. Jika suatu hari nanti kau membaca surat ini, dan kemudian kau ingat siapa aku, kau kini tak habis pikir bahwa aku menyempatkan diriku untuk menuliskan ini. Ya, aku adalah orang dari masa lalumu. Jangan kau merasa takut karena mendapatkan surat ini, aku tidak akan melakukan hal yang aneh. Sama ketika dulu, aku tidak bisa meraihmu, dan kini kau yang tidak bisa meraihku. Aku telah lama kau tinggalkan dengan kehidupanmu yang terus bergerak, dengan keasyikan mu sendiri..
Man Behind Lens - Manusia dalam warna nada dan cinta
Komentar
Posting Komentar