Langsung ke konten utama

Terimakasih Pak Boediono Sosok yang Terlupa, Padahal RI 2 pada Masanya...


Disini saya mengajak kepada kita semua untuk menyempatkan sedikit waktu 
untuk mengenang Sosok yang terlupa
Selesai dalam Kesunyian sang RI 2 Pada Masanya..


Prof. Dr. H. Boediono B.Sc., M.Ec.

Sekarang Pak Boed, dikenal ( bahkan mungkin sudah terlupa ), sebagai mantan RI 2. Ia tampil sebagai pengganti presiden, pekerja di balik layar, pelit bicara, dan tak jarang membuat media tidak mau meliputnya karena dinilai sebagai figur yang tidak ada news value nya.
Sikap sederhana, mantan Gubernur BI dan berbagai jabatan eksekutif lainnya di pemerintahan ini tak jarang dilihat oleh banyak orang, terutama media dan publik sebagi sosok yang menutup diri dan bahkan sering dicaci maki warga nya sendiri karena menganggap nya tidak pernah bekerja, karena tak pernah terlihat di layar kaca.

Terbiasa menjadi 'ban serep' sang ( mantan ) presiden, yang menjadi pengambil kebijakan dan sering bertugas ke luar negeri, pak Boed, tampil dalam sunyi dengan tangan yang selalu bekerja, membantu menyelesaikan apa saja urusan negara yang membutuhkan bantuannya. Merintis negeri dalam diam, dan dengan sabar memberikan pengabdiannya tanpa ingin diliput media.

Sekarang, sosok teknokrat tersebut sudah kembali ke rumah pribadi nya, tanpa pengawalan VVIP yang biasa berada disekeliling nya. Tak seperti gegap gempita sang mantan atasan yang disambut air mata, spanduk terima kasih ( yang bahkan tidak menyertakan nama Pak Boed ), yel yel, anak anak SD yang berbaris di pinggir jalan, dan jajaran mantan pejabat yang sudah berkumpul melakukan sambutan perpisahan, Pak Boed dan istrinya kembali ke rumah pribadi nya, tanpa sambutan, air mata, massa dan banyak media yang meliputnya. Bahkan kedua anaknya tidak berada di rumah. Ibu Herawati pun tergerak untuk mengabadikan momen kembalinya mereka sebagai masyarakat biasa dengan kamera pribadi nya. Dan didampingi mantan staf khusus dan juru bicara nya, mereka makan siang dalam diam, kontras dengan hingar bingar dan gegap gempita baik yang ada di belahan Jakarta lainnya, yang sedang berlangsung saat itu.

Esoknya, berbagai media yang berlomba meliput hari besar tersebut, tapi tak banyak yang menyisakan kolom untuk Pak Boed, salah satu kolom kecil di harian terkenal menceritakan bagaimana ibu Herawati yang mencuci piring sendiri, salah satu contoh kembalinya mereka ke dalam hidup rakyat biasa yang tidak dilayani, dan masih, tak banyak kisah yang bisa ditulis tentang Pak Boed.
Di edisi khusus Pelantikan, majalah Tempo juga menurunkan artikel perpisahan untuk sosok pak Boed yang tak kurang terdiri dari 2 halaman. Saya membaca tentang bagaimana sang mantan wapres ini membiarkan kucing liar yang tersesat di dalam istana wapres berada di sekitarnya, hatinya yang tidak enak dengan masyarakat luar jika bepergian untuk menengok cucu nya, karena berarti pengamanan VVIP yang melekat pada dirinya, mengharuskan jalan disekitarnya di sterilkan, atau kerinduannya terhadap rumah usang yang berada di Jogjakarta, rumah pertama yang dibangun dari hasil keringat nya.

Sekarang ia telah menepi dari urusan birokrasi, bersama sang istri, kembali ke rumah nya tanpa banyak mata memandang.
Kita nanti akan mengingatnya. Mungkin kita yang sekarang cenderung melupakannya bahkan mencaci nya. Bagaimanapun namanya telah tercatat dalam sejarah negeri ini. Selesai sudah pak Boed bersama dengan kekuasaan. Dia tahu diri dengan perannya yang berada di gelanggang sebagai pengganti.

Ada juga yang pernah menudingnya miskin terobosan, karena ia taat perarturan. Dia juga bukan bintang liputan media, walau bukan berarti sedikit bekerja. Ia berwibawa tanpa banyak kata, pernah berkuasa namun tetap hidup sederhana.

Pak Boed terpuji karena laku sederhana, merintis jalan negeri sejahtera meski ia tak sepenuhnya berkuasa. Dalam kecamuk Belenggu para politisi yang mencaci nya, pak Boediono adalah contoh yang memilih sunyi dalam bekerja.

Terima kasih, pak Boed

Rekam Jejak Boediono

Quote:Original Posted By Awal

Prof. Dr. H. Boediono, M.Ec. (lahir di Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943; umur 71 tahun) adalah Wakil Presiden Indonesia kesebelas yang menjabat sejak 20 Oktober 2009 hingga 20 Oktober 2014. Ia terpilih dalam Pilpres 2009 bersama pasangannya, presiden yang sedang menjabat, Susilo Bambang Yudhoyono.

Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, dan Direktur Bank Indonesia (sekarang setara Deputi Gubernur). Saat ini ia juga mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada sebagai guru besar. Oleh relasi dan orang-orang yang seringkali berinteraksi dengannya ia dijuluki The man to get the job done


Quote:Original Posted By Kehidupan Awal

Boediono menghabiskan masa kecilnya di Kota Blitar, Jawa Timur. Saat masih sekolah dasar ia bersekolah di SD Muhammadiyah.Setelah menyelesaikan sekolah dasar ia melanjutkan pendidikan menengahnya di SMP Negeri 1 Blitar dan kemudian di SMA Negeri 1 Blitar

Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, ia kemudian melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Setelah itu gelar Bachelor of Economics (Hons.) diraihnya dari Universitas Western Australia pada tahun 1967. Lima tahun kemudian, gelar Master of Economics diperoleh dari Universitas Monash. Pada tahun 1979, ia mendapatkan gelar S3 (Ph.D.) dalam bidang ekonomi dari Wharton School, Universitas Pennsylvania.

Boediono menikah dengan Herawati (lahir di Blitar, 15 Februari 1944), pada tahun 1969 dan memiliki dua orang anak yaitu Ratriana Ekarini, M.Bus dan Dios Kurniawan, MSc.


Quote:Original Posted By Jabatan politik

Boediono menjadi calon wakil presiden 2009-2014 mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dideklarasikan 15 Mei 2009 di Sasana Budaya Ganesha kota Bandung. Jika terpilih, dia akan menjadi wakil presiden pertama yang berlatar belakang ekonomi dan non-partisan setelah Mohammad Hatta (wakil presiden pertama RI). Dalam acara ini dirilis sistem ekonomi moralistik, manusiawi, nasionalistik dan kerakyatan atau kemasyarakatan. Boediono berangkat ke Bandung dengan menggunakan kereta api regular Parahyangan


Quote:Original Posted By Komentar Berbagai Kalangan

Baik sekarang sebagai wakil presiden maupun ketika masih menjabat Menteri Keuangan, Menteri Koordinator Ekonomi, ataupun Gubernur BI, kebijakan Boediono disikapi secara beragam oleh berbagai kalangan.

  • Undang-Undang Surat Berharga Syariah Negara dan Perbankan Syariah berhasil diwujudkan ketika Boediono menjabat Menteri Koordinator Perekonomian pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
  • Hendri Saparini, orang dekat Rizal Ramli, dan analis ekonomi-politik, melihat Boediono, yang kini menjabat gubernur BI hendak membawa negara Indonesia ke arah neoliberal. Indikasinya, utang negara secara nominal bertambah Rp 400 triliun dalam periode 2004-2009.Walau demikian, perlu dicatat bahwa sebenarnya rasio hutang(debt ratio) kita turun drastis dari 100% pada tahun 1999, 56% pada tahun 2004, dan tahun 2009 tinggal 30-35% sekalipun nominal besarnya utang kurang lebih sama selama periode 2003-2008
  • Kwik Kian Gie mengatakan, Boediono memiliki peran penting dalam proses keluarnya kebijakan pemerintah terkait penyelesaian BLBI. Pasalnya, Boediono saat itu merupakan menteri keuangan pemerintahan Megawati yang tahu betul tata cara penyelesaian utang bagi para obligor BLBI. Dia (Boediono) tahu seluk-beluk ini (BLBI)
  • Sejumlah ekonom seperti Ekonom UGM, Prof. Dr. Mudrajad Kuncoro dan Chief Economist BNI, Tony Prasetiantono, menilai tuduhan kepada Boediono sebagai figur yang mengusung neoliberalisme dan titipan dari pihak asing sangatlah tidak berdasar. Boediono justru termasuk orang yang dekat dengan almarhum Prof. Mubyarto, tokoh UGM yang terkenal dengan gagasan ekonomi kerakyatan. Sepulang dari lulus PhD di Wharton School, University of Pennsylvania, Boediono turut membantu Prof. Mubyarto mengorganisasi Seminar Ekonomi Pancasila saat Dies Natalis Fakultas Ekonomi UGM di Bulaksumur, September 1980. Ketika hasil seminar ini dibukukan berjudul 'Ekonomi Pancasila' (penerbit BPFE Yogyakarta) tahun 1981, Boediono adalah editor buku tersebut. 'Ekonomi Pancasila' inilah yang bertransformasi dan dikenal sebagai 'Ekonomi Kerakyatan' belakangan ini
  • Ekonom Faisal Basri juga menganggap tudingan 'neoliberal' dan 'antek IMF' pada Boediono sangat tidak berdasar. Ia justru menganggap kinerja Boediono dan Dorodjatun Kuntjoro-Jakti di pemerintahan Megawati cukup mengesankan dalam menstabilkan perekonomian Indonesia yang kacau kala itu. Boediono yang masuk kembali ke pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pasca-reshuffle kabinet juga dinilai berhasil menyelamatkan perekonomian Indonesia yang sempat mengalami kemunduran dalam 2 tahun pertama Kabinet Indonesia Bersatu pra-reshuffle 


http://kompasiana.com/post/read/699193/1/boediono-selesai-dalam-sunyi.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wedding Risa Rizkia Oktaviana dan Aditya Dharma Andrya

The Wedding Photo taken by : frico sihaloho November 29th 2014 ALL Photo without editing, use lens kit 18-55mm Ellen , Icha, Sylvia Winda, Ellen, Icha, Sylvia Sylvia, Winda, Icha, Nunung Jordy, Riska, Aditya, Icha, Sylvia, Nova We Are LICERI Nova, Icha, Ellen, Sylvia Candid Selfie      

JAVA JAZZ 2013

LION = Late Is Our Nature - AIR A.k.a LION AIR PENGECUT

Perjalanan saya kali ini menuju Pulau Dewata, namun bukan secara kebetulan saya menjadi salah satu korban dari BURUKNYA pelayanan management LION AIR, saya mendapatkan tiket LION Air untuk penerbangan saya ke Bali pukul 16.20 WIB atau Waktu Jakarta, saya datang sejak pukul 15.00 WIB untuk menghindari keterlambatan atau penerbangan yang dimajukan, selesai check in saya menuju ruang tunggu di lantai 2 terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta bersama pasangan saya, setelah menunggu 2 jam yaitu pukul 17.00 WIB terdengar suara pengumuman bahwa pesawat yang menuju Denpasar akan mengalami keterlambatan dikarenakan permasalahan teknis, saya mencoba bersabar dan menunggu sampai akhirnya kira-kira pukul 18.00 WIB kami dipanggil untuk naik ke pesawat, sedikit lega karena akhirnya kami akan berangkat. Kami turun untuk naik bus yang mengantarkan kami ke pesawat, sampai di pesawat yang berwarna biru LION Air saya terkejut karena bangku dan kondisi pesawat SANGAT kumuh, kulit pada kursi penumpang berwar